Rabu, 21 September 2011

JURNALIS JAKARTA KUNJUNGI NGALAU TALAGO

Keindahan ngalau Talago (telaga) agaknya telah mulai minat banyak orang, termasuk para jurnalis dari kota Metropolitan Jakarta, diantaranya dua wartawan dari majalah Mingguan Gatra, masing-masing Erwin. Y. Salim dan fhotografernya Rino.

Begitu menginjakkan kakinya di ngalau yang berada dipinggang bukit barisan itu, ungkapan kekaguman terhadap ciptaan sang khalik langsung terlontar dari mulut keduanya. Keindahan ngalau Talago (telaga) agaknya telah mulai minat banyak orang, termasuk para jurnalis dari kota Metropolitan Jakarta, diantaranya dua wartawan dari majalah Mingguan Gatra, masing-masing Erwin. Y. Salim dan fhotografernya Rino.

Begitu menginjakkan kakinya di ngalau yang berada dipinggang bukit barisan itu, ungkapan kekaguman terhadap ciptaan sang khalik langsung terlontar dari mulut keduanya.

“Wah !, sungguh dahsyatnya ciptaan yang maha kuasa, berapa lama prosesnya hingga bisa terbentuk seindah ini, mungkin ratusan atau ribuan tahun yang silam, ” ujar Erwin begitu sampai didalam ngalau yang penuh dengan hiasan stalagnit dan stalagtit itu ketika berkunjung ke ngalau Talago, Kamis lalu.

Menurut wartawan senior asal Bayur Maninjau Kabupaten Agam ini, keindahan ngalau Talago ini sungguh luar biasa, hanya saja amat disayangkan, keindahan ngalau yang belum tersentuh pemerintah itu sedikit tercemar akibat corat-coret si tangan jahil yang datang ke ngalau tersebut.

“Sangat disayangkan, ngalau seindah ini malah tercemar oleh coret-coret yang merusak keindahan,” ujarnya sambil menghela nafas panjang.

Seharusnya, tambah putra Bayur ini, pihak Pemkab Sijunjung hendaknya dapat melakukan pembenahan terhadap ngalau Talago, sebab ngalau ini bisa menjadi aset berharga yang dapat mendatangkan pendapatan buat Sijunjung.

“Sayang ya, ngalau ini belum lagi terkelola dengan baik, andai Pemkab mampu menjualnya, saya yakin ini akan dapat minat wisatawan untuk datang ke daerah in, dan itu tentu akan berdampak positif terhadap kemajuan pariwisata Sijunjung kedepan,” ujarnya.

Kemudian yang perlu dibenahi adalah infrastruktur menuju kawasan objek wisata Silokek khususnya dan kawasan Musiduga umumnya, karena saat ini satu-satunya jalan menuju lokasi tersebut dari ibukota banyak yang mengalami kerusakan. Andai infrastrukturnya bagus, ia yakin tentu akan dapat menundang wisatawan lebih banyak lagi datang ke kawasan tersebut, hal ini ditunjang kondisi alam Silokek dengan udaranya nan sejuk serta panorama alamnya nan indah. “Sayang kalau ini tak dimanfaatkan dengan baik, padahal keindahan alam yang dimiliki itu bisa mendatangkan income bagi kabupaten ini.

Selanjutnya, bila wisatawan sudah banyak yang datang, juga akan berdampak terhadap perekonomian masyarakat setempat, tentu dengan prinsip yang dipakai adalah membangun sektor wisata yang berbasis ekonomian kerakyatan.

“Kalau itu terwujud saya yakin daerah ini bakal maju dan berkembang dengan pesat, termasuk peningkatan terhadap ekonomi masyarakat Silokek dan sekitarnya, sebab dengan berkembangnya objek wisata ini masyarakat tentu akan dapat membuka usaha, setidaknya membuka usaha kuliner asli daerah ini yang bisa dijual kepada pengunjung,” tuturnya.

Untuk datang ke ngalau Talago di kawasan Silokek ini tidaklah terlalu sulit, sebab jaraknya tidaklah terlalu jauh dari Muaro Sijunjung selaku ibukota Kabupaten Sijunjung, yaitu 12 Km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Sesampainya di ngalau Cigak tepatnya pulau Andam Dewi, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki ke ngalau Talago yang berjarak sekitar 1,5 Km dari jalan utama dengan melalui kebun masyarakat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.

Perjalanan ini memang sedikit melelahkan, namun rasa lelah itu akan hilang bila sampai di ngalau Talago, karena di ngalau itu para pengunjung dapat menikmati keindahan ngalau yang penuh dengan hiasan stalagnit dan stalagtit yang memancarkan cahaya bagaikan manik-manik, yang menghiasi seluruh ruangan ngalau.

Bahkan pada ruangan ketiga dari empat ruangan yang terdapat di ngalau tersebut, pengunjung juga bisa melihat sebuah batu yang mirip dengan buaya, hanya saja batu mirip buaya itu bagian kepalanya telah patah dan hilang.

“Kalau dulu batu itu lengkap dan benar-benar mirip buaya, tapi amat disayangkan sekarang bagian kepalanya patah dan hilang, entah apa penyebabnya kita tak tahu,” tutur Paldi Muhendra salah seorang personil Dinas Parsenibudpora Sijunjung yang ikut mendapingi rombongan dari Jakarta tersebut.

Menurut Paldi, ngalau Talago ini selain memiliki keindahan, juga mempunyai kekhususan yang sedikit berbau magic. Dimana air yang menetes dari langit-langit goa juga bisa dijadikan sarana pengobatan. “Itu pernah sudah saya lakukan, dan berkat izin yang maha kuasa ternyata cukup manjur juga. Tapi jangan salah tafsir, semua itu bisa terjadi karena izin Allah. SWT,” pungkasnya. (Eri Chaniago *)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar