Rabu, 17 Agustus 2011

MANUSIA DEKAT DENGAN KEMATIAN

Yang paling jauh di atas dunia ini, adalah masa lalu. Sedangkan yang paling dekat adalah kematian. Artinya manusia sangat dekat dengan kematian.
Masa lalu dikatakan paling jauh, karena ia tidak bisa dijangkau dan dijelang serta tidak akan pernah kembali, meski terjadinya baru sepermeliar detik, kata Kepala MTsS Timpe Empat, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung, Wan Eka Putra dalam ceramah Ramadhan, Selasa (16/8), di Masjid Jamik Padang Sibusuk, Kecamatan Kupitan.
Kematian dikatakan paling dekat dengan manusia, karena ia bisa datang setiap saat dalam hitungan detik dan menit di mana serta dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, tanpa dapat dicegah dan ditolak.
Meski tidak bisa dijangkau dan dijelang serta tidak akan pernah kembali, namun masa lalu dapat dijadikan cermin diri untuk menapak masa depan yang lebih baik dan bermakna.
“Artinya, kalau di masa lalu kita beribadah seadanya, dengan kata lain hanyo sakadar pambaiah utang atau sekedar untuk dilihat orang, ke depan lakukan dengan tulus ikhlas karena Allah SWT. Jika di masa lalu kita banyak berbuat dosa, segeralah tobat mumpung masih ada waktu dan kesempatan,” pesan Wan Eka Putra.
Karena kematian sangat dekat dengan manusia, untuk menghadapi fakta dan kenyataan itu setidaknya ada tiga sikap dan perbuatan yang harus dilakukan oleh ummat Islam.
Ketiga perbuatan itu, kerjakan untuk akhirat tapi jangan lupa dunia. Berbuat baik sebagaimana Allah SWT memberi kebaikan kepada manusia. Jangan melakukan kerusakan dan maksiat di atas bumi.
“Kerjakan untuk akhirat tapi jangan lupa dunia, artinya dalam mengarungi hidup dan kehidupan di alam fana ini, kita harus mendahulukan dan mensegerakan kegiatan untuk akhirat dari pada aktifitas untuk memenuhi kepentingan dunia. Misalnya dalam menunaikan shlat wajib, bila waktunya sudah tiba, segera tunaikan. Jangan mengulur-ngulur waktu. Jangan abai dan lalaikan shalat karena kesibukan dunia, karena dunia hanya persinggahan sementara, sedangkan akhirat tempat yang kekal dan abadi,” kata ustad.
Berbuat baik sebagaimana Allah SWT memberi kebaikan kepada manusia, artinya gemar melakukan kebaikan terhadap sesama, seperti menolong orang yang sedang kesusahan, membantu umat yang butuh pertolongan serta memberi makan fakir miskin dan yatim piatu yang kelaparan.
Dilarang melakukan kerusakan dan maksiat di atas bumi, karena Allah SWT membenci dan melaknat manusia yang melakukan perbuatan itu, seperti menebang kayu sembarang dan merusak lingkungan serta berzina dan berbuat amoral.
“Untuk itu, mumpung sekarang kita berada di bulan Ramadhan yang suci dan mulia serta bulan pengampunan dan pembakar dosa, seandainya masa lalu kita hitam dan gelap, segeralah bertobat serta lakukan peningkatan iman dan aqidah, supaya masa depan yang akan ditapaki lebih cerah dan terang benderang,” imbau Wan Eka Putra kepada jemaah Masjid Jamik. –nas +

Tidak ada komentar:

Posting Komentar